Saturday, 25 December 2004
Apakah Anda Ingin Menjadi Istri yang Selalu Dicintai Suami?
Bahwa suami mencintai anda karena anda adalah istrinya, memang betul tetapi apakah anda yakin cintanya selalu ada dan terus ada selamanya? Banyak perempuan tidak yakin setelah menjalani kehidupan rumah tangganya sekian tahun, apakah suaminya masih mencintai dirinya seperti dulu? Untuk itu berhentilah untuk bersikap pragmatis, berusahalah agar suami anda selalu cinta, bahkan dari hari ke hari semakin bertambah cintanya kepada anda.
Sebelum membicarakan cara membuat suami selalu cinta, ada satu hal yang menjadi inti persoalan dan tidak boleh dilupakan, yaitu cinta adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya, dan inilah yang disebut dengan cinta yang hakiki atau cinta sejati. Allah lah pemilik cinta dan Allah lah yang menjadikan cinta di antara suami istri. "Dan di antara ayat-ayatnya adalah diciptakanNya untuk mu istri-istri dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS Ar-Ruum: 21)
Oleh karena itu, seorang istri yang selalu ingin dicintai suaminya, hendaknya menyadari bahwa jurus yang paling efektif untuk meraih itu semua adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah AWT, dengan cara berusaha sekuat tenaga menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dengan kata lain berusaha menjadi muslimah yang shalihah. Harm bin Hayyan seorang ulama di masa Khalifah Umar bin Khattab ra berkata, "Tiada seorang hamba yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, melainkan Allah SWT akan mendekatkan hati orang-orang mukmin kepadanya, dan istri yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, maka Allah akan mendekatkan hati suaminya kepadanya, sampai ia mendapatkan cintanya."
Enam saran agar suami selalu cinta:
1. Berusaha dengan tulus dan ikhlas menyerahkan hidupnya untuk berbakti kepada suami sambil berharap pahala Allah SWT, meskipun sang istri sibuk di luar rumah tapi ia tidak terlena dan lupa bahwa ia memiliki peluang meraih syurga Allah dengan berbakti kepada suami. "Apabila seorang perempuan menunaikan sholat, puasa, memelihara kemaluannya dan berbakti, mentaati suaminya, maka ia akan masuk syurga." (HR Al-Bazzar). Istri seperti ini memiliki nilai yang tinggi di mata suaminya dan akan selalu dicintai suaminya.
2. Berusaha menjadi perempuan yang bersahaja dalam nafkah, artinya tidak banyak menuntut, menerima dengan rasa syukur betapa pun sedikitnya pemberian suami, dan tidak boleh berlebihan dalam membelanjakan nafkah yang diberikan oleh suami. Bila anda sanggup selalu bersikap seperti ini maka cinta suami akan selalu tercurah pada anda.
3. Sederhana dalam penampilan, karena dari hasil penelitian umumnya laki-laki tidak menyukai perempuan yang berpenampilan seronok dengan wajah penuh riasan tebal, sebaliknya kesederhanaan lebih menarik bagi mereka, sebab menurut mereka lebih memancarkan kecantikan perempuan. Tetapi ini bersifat relatif, sebaiknya kenali dulu kecenderungan suami anda, apakah suami anda menyukai penampilan yang wah atau yang sederhana. "Sebaik-baiknya perempuan adalah yang menyenangkanmu bila engkau memandangnya, mentaatimu bila engkau perintahkan dan menjaga dirinya dan
hartamu bila engkau tidak di rumah." (HR Thabrani)
4. Berusaha untuk selalu sabar dan tidak menyakiti hati suami. Perbedaan pendapat dan perselisihan antara suami istri terkadang dapat memicu terjadinya pertengkaran kecil atau besar. Bila anda menghadapi keadaan ini, maka ingatlah bahwa anda sedang berhadapan dengan dengan seseorang yang Allah berikan yang sangat besar atas diri anda. "Seorang perempuan belum dianggap menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak
suaminya." (HR Ibnu Majah). Untuk itu apapun yang bergejolak di hati anda maka berusaha untuk tetap sabar agar tidak menyakiti hati suami anda.
5. Dapat mendampingi suami baik dalam suka maupun duka. Apapun yang dialami suami anda, berusahalah untuk menjadi pendampingnya yang setia. Misalnya di saat suka menjadi pengingat agar suami tidak terlena, dan di saat duka menjadi pelipur lara.
6. Berusahalah menjadi partner yang menyenangkan di kamar tidur. Banyak perempuan yang masih merasa malu untuk bersikap agresif kepada suaminya sendiri. Hal ini disebabkan adanya anggapan perempuan yang agresif terkesan murahan dan tidak terhormat. Anggapan ini tidak berlaku bagi seorang istri yang agresif terhadap suaminya sendiri. Belajarlah cara dan teknik menyenangkan suami di tempat tidur dan anda akan mendapati suami selalu melimpahkan cintanya untuk anda.
Tulisan ini pernah dimuat di majalah Safina No. 10, bulan Januari 2004 tahun I
Friday, 24 December 2004
99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena
Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila
karena
sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan
iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap
segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak
berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa
kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan
beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas
kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan
pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan
sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka
yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan
mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan
dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita,
lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif
dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah
dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong
karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk
agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan
orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata
apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan
kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang
bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai
dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal
atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan
bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang
dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan
jangan
berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita
sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan
kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh
keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu
yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan
tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan
kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan
kaya dengan memiskinkan orang
Allah's love is unconditional, today, tomorrow and always. May Allah
bless
you everyday.
Ameen
Friday, 17 December 2004
Atas Nama Cinta?
eramuslim - Seorang pakar cinta dari dataran Cina bernama Mo Tzu, yang hidup sekitar (470 s/d 391 sebelum Masehi) mengajarkan sebuah ajaran cinta kepada dunia. Salah satu kalimatnya tentang cinta berbunyi:
"Seorang yang mengaku taat kepada kehendak langit maka dia akan menebar cinta secara mondial, sedang siapa yang ingkar terhadap kehendak langit dipastikan akan bercinta secara parsial."
Alhamdulillah kita lahir dan besar sebagai muslim, salah satu karakteristik agama Islam di antara agama langit (samawi) adalah dia bersifat universal. Tak peduli akan ras, bahasa, dan benua, Islam adalah agama yang Allah peruntukkan untuk dunia dan Insya Allah juga akan (kembali) menyatukan dunia.
Sehingga berkesan sekali refleksi Asy-Syahid Hasan Al-Banna tentang kesatuan dunia,
"Yang membedakan antara kaum muslimin dan pejuang nasionalis adalah bahwa paham nasionalisme kaum muslimin berdasarkan aqidah Islam. Misalnya, mereka berjuang untuk negara Mesir dengan mati-matian, sebab Mesir adalah bagian dari dunia Islam dan pemimpinnya adalah ummat Islam. Tetapi mereka tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka juga berbuat demikian terhadap setiap tanah dan negara Islam yang lain. Sedangkan para pejuang nasionalis berjuang untuk bangsanya saja,"
Begitu kuat pengaruh cinta kepada dunia, sehingga atas nama cinta seorang Khalid bin Walid, laki laki besar dalam sejarah Islam, bisa 'takluk' kepada dunia.
Berkata Khalid, hanya karena cintanya terhadap dua hal sajalah yang sanggup membuatnya 'betah' berada di dunia, yang pertama cintanya yang menelaga terhadap istri tercinta, dan yang ke dua cintanya untuk berjihad membela agama Allah.
Bahkan atas nama cinta, Allah menjamin 2 golongan dari 7 yang dijamin-Nya akan memperoleh naungan-Nya di saat tidak ada naungan selain Naungan Allah, yaitu seorang yang di masa mudanya mencintai masjid dan dua pasang kekasih yang saling mencinta karena Allah.
Secara global Imam Syafi'i menggambarkan sosok orang yang terbukti sedang jatuh cinta dengan, "Seseorang akan mencintai apa apa yang dicintai oleh orang yang dicintainya."
Lebih konkrit, gerakan perjuangan Palestina menggambarkan karakterisitk orang yang telah teruji cintanya dan imannya dengan parameter shalat berjamaah di masjid untuk penilaian kelulusan pelaksanakan amanah mulia berupa aksi mengejar syuhada.
Dan atas nama cinta, Zaid bin Tsabit berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Duhai alangkah baiknya negeri Syam itu (Palestina), duhai alangkah baiknya negeri Syam itu." Para shahabat kemudian bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa Engkau memuji Syam seperti itu?" "Para malaikat membentangkan sayapnya atas kota Syam tersebut," jawab Nabi selanjutnya. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Jadi kira kira apa bukti cinta orang-orang yang berkata, "Aku Bicara Atas Nama Cinta"?
Abu Syahidah
Jazakillah ade', das versuche ich noch InsyaAllah, mach du'a fur uns alle
Wednesday, 8 December 2004
Saat (Non) Ikhwan Harapkan Akhwat
Penulis: Inna Muthmainnah
Sumber: ANNIDA Online
Ass wr wb,
Mbak Inna, saya seorang mahasiswa (sebut saja T), saat
ini menyukai seorang akhwat dengan tujuan untuk saya
jadikan ibu dari anak-anak saya kelak.
Saat ini saya sudah mendapatkan sesuai dengan kriteria
saya, walau saya saat ini belum siap untuk menjalin
rumah tangga dengan seorang akhwat dengan maksud biar
dia kenal dengan saya cukup lama, dan saya pun tahu,
bahwa seorang akhwat tidak boleh pacaran dan
sejujurnya sayapun tak punya niat sedikitpun untuk
sebuah kata pacaran.
Saya sering hubungi dia lewat telepon rumah dan
berbicara seperlunya (bukan masalah cinta/melainkan
kehidupan keseharian dengan tujuan pendekatan tidak
langsung sementara dia nampaknya merespon karena kami
hanya berbicara lewat telpon dan tidak berhadapan).
Di dalam wacana yang saya pernah ketahui, bahwa lewat
telpon pun tidak diperbolehkan untuk mendekati seorang
wanita. Jadi bagaimana saya dapat mendekati akhwat
tersebut, sementara (seandainya) hanya kenal dan sudah
memenuhi kriteria kita dan langsung melamarnya, dengan
membawa orang tua kita kepada orang tuanya. Bagaimana
akhwat tersebut bisa menerima, dia belum tentu suka
sama kita? Sekarang apakah salah jalan saya?
Apakah benar kata orang, seorang akhwat hanya akan
menikah dengan seorang ikhwan (aktivis islam)?
Sementara saya bukan seorang aktivis hanya seorang
mahasiswa biasa yang tahu adab dan kebiasaan serta
dapat memilah bagaimana sifat dan karakter lingkungan
di sekitar saya.
Mohon masukannya, Mbak!
bangok@email
Mbak Inna:
Saudara T yang shaleh, alhamdulillah Allah memberikan
taufik dan hidayahnya pada kamu, sehingga memudahkan
untuk melihat cahaya kebenaran dan kemuliaan
nilai-nilai Islam.
Wanita adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah,
dijaga betul kehormatannya agar tidak diganggu dan
dilecehkan oleh orang-orang yang memiliki penyakit
dalam hatinya. Karenanya tata cara berpakaian dan
etika pergaulannya juga dijaga ketat oleh syariat
Islam, dengan tujuan agar ia tetap terjaga dan
terhormat. Dan yang cenderung lebih serius untuk
komitmen dan berusaha konsisten untuk menjaga diri
sesuai dengan syarifat Islam, kebanyakan dilakukan
oleh para akhwat.
Mereka mengikuti pembinaan Islam yang
berkesinambungan, dan berusaha mengaplikasikannya
dalam seluruh aspek kehidupan. Diharapkan orang-orang
yang mendampingi mereka adalah orang-orang yang
memiliki pemahaman Islam yang baik, berakhlak mulia,
dan mampu menjalankan peran sebagai qowam (pemimpin)
bagi istri dan anak-anaknya. Dengan tujuan agar
keshalihan sang akhwat dapat tetap terjaga dan
terpelihara bahkan berkembang dan meningkat seiring
dengan perannya sebagai istri, ibu, dan anggota dari
masyarakat.
Bila sang akhwat mendapatkan pendamping yang jauh di
bawah standar, misalnya tidak mengikuti sistem
pembinaan Islam yang terpadu (pemahaman Islamnya
kurang mendalam), perilaku dan akhlaknya kurang
terjaga, dikhawatirkan perkembangan sang akhwat selama
ini dalam membina dirinya jadi kurang optimal, karena
kurang didukung oleh pendamping yang mampu mengayomi
dan membina dirinya. Bahkan memiliki peluang untuk
menurunnya kualitas keimanan dan akhlak. Karena
bagaimanapun sedikit banyak peran pendamping hidup
memiliki pengaruh yang besar bagi diri kita.
Itulah sebabnya mengapa seorang wanita aktivis Islam
dianjurkan menikah dengan lelaki aktivis Islam juga,
dengan tujuan agar penerapan nilai-nilai Islamnya jadi
lebih integral lagi, dan dalam memecahkan segala
permasalah keluarga dan anak selanjutnya akan lebih
mudah karena didasari oleh visi dan nilai-nilai yang
dipahami bersama.
Namun demikan, tentunya tidak menutup kemungkinan
untuk seorang yang bukan aktivis untuk menyunting
seorang akhwat, asalkan si akhwat bersedia dan si
priapun harus terbuka terhadap nilai-nilai Keislaman
dan mau belajar untuk mendalaminya dengan lebih serius
lagi.
Karenanya, sebaiknya bila ke depannya kita memang
berniat ingin mempersunting seorang akhwat, ya kita
juga harus punya planning untuk pembinaan diri kita
dulu, misalnya dengan mengikuti kajian keislaman yang
rutin dan berkesinambungan dan dekat dengan para
aktivitis Islam, sehingga saat dipertemukan dengan
akhwat, pemahaman Islam kita tidak jomplang dengan
pemahaman Islam akhwatnya.
Termasuk dalam mencermati kebiasaan dan cara pandang
para aktivitas dalam etika melamar dan mendekati
seorang akhwat.
Dalam Islam memang tidak dianjurkan untuk berpacaran,
karena realitasnya pacaran memang terbukti sekali
mendekati zina. Tapi kebanyakan yang terjadi, banyak
para pria yang mempermainkan perasaan si akhwat yang
terjaga tersebut, si akhwat dibuat Ge-eR sedemikian
rupa dengan diberikan perhatian-perhatian yang intens
(padahal si pria cuma sekedar ingin uji coba aja dan
belum memiliki nyali untuk melamar apalagi untuk
menikah). Kebanyakan kasus, si akhwatnya yang menunggu
dan mengharap-harap cemas ingin segera dilamar, tapi
si prianya cuma memanfaatkannya sebagai teman curhat
atau teman untuk pendekatan saja untuk selanjutnya
lihat saja nanti.
Memang harus diakui, bagaimanapun seorang akhwat
tetaplah seorang wanita yang akan merasa senang dan
tersanjung bila diberikan perhatian dari seorang pria,
apalagi bila pria tersebut terlihat memiliki niat yang
serius.
Sangat disayangkan pada realitasnya banyak di kalangan
akhwat yang tidak menyadari bahwa pria-pria yang
datang dan memberikan perhatian kepadanya, tidak
semuanya berniat untuk meminang dengan serius. Tapi
kebanyakan hanya sekedar untuk penjajakan semata.
Hanya untuk melihat bagaimana karakter dan pola pikir
si akhwat.
Lagi-lagi tetap saja pengambilan keputusannya ada pada
si pria, pertimbangan apakah si akhwat sudah berharap
banyak atau tidak, sayang sekali tidak banyak
dipikirkan oleh si pria.
Tentunya para akhwat yang jeli tidak akan sudi
diperlakukan demikian, dipermainkan perasaannya hanya
sekedar guna penjajakan saja. Apa bedanya dengan
orang-orang yang lain yang melalui proses berpacaran,
bedanya toh hanya kemasannya saja.
Memang ada beberapa alternatif dalam memilih pasangan
hidup:
1. Berpacaran, apapun itu bentuknya. Apakah hanya
sekedar curhat-curhatan (baik secara langsung maupun
ditelepon), jalan bareng, sering pergi bersama, dll,
tujuannya yang utama adalah menjajakan, mengamati dan
menilai langsung ke orang yang dituju. Bila cocok
berlanjut, bila tidak cocok tidak berlanjut ke
pelaminan.
Tapi cara seperti ini sebenarnya lebih banyak tidak
akuratnya ketimbang akuratnya dalam memilih pasangan
hidup. Kenapa? Karena:
a. Setiap diri di situ lebih banyak tidak menampilkan
diri apa adanya, seseorang biasanya berusaha untuk
menampilkan diri yang sebaik-baiknya (menutup-nutupi)
kekurangan. Bak pembeli dan pedagang. Jadinya yang
tampil hanya kesan luarnya saja. Niat kita untuk
mengetahui kepribadiannya secara detil, amat kecil
untuk diperoleh di sini.
Makanya kan banyak pasangan yang sebelumnya berpacaran
bertahun-tahun, tetap saja sering terkaget-kaget
dengan pasangannya sendiri saat menikah, karena dulu
sewaktu berpacaran dia tidak mengetahui banyak tentang
sisi kelemahan si pasangan yang ada (karena dulu
berusaha ditutupi namun saat menikah semuanya terlihat
apa adanya).
b. Sulit untuk menghindari dan mengendalikan gejolak
syahwat yang ada saat situasi berpacaran/
bertemu/berbincang. Biasanya saat itu atau setelah itu
setiap individunya terdorong untuk mengekspresikan
gejolak syahwatnya dengan pacarnya, bila bertemu
langsung terdorong untuk menyentuh, dll. Bila lewat
perbincangan, sulit untuk mengontrol diri untuk tidak
bicara yang menjurus. Atau setelah itu terdorong untuk
berkhayal dan berimajinasi (berfantasi syahwat). Yang
kesemuanya itu jelas mendekati zina.
c. Membuka peluang untuk mengumbar janji dan
memberikan harapan-harapan semu, yang intinya sekedar
untuk menarik simpati dan mengambil keuntungan dari
hubungan tersebut (karena kan hubungannya memang tidak
terikat, tidak ada hitam di atas putih, tidak ada hak
dan kewajiban yang mengatur konsekuensi dari hubungan
keduanya). Pada akhirnya tidak mendidik seseorang
untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
perasaan pasangannya. Beresiko untuk sakit hati dan
kecewa karena merasa dipermainkan.
2. Cara yang kedua, dan yang kini tengah banyak
dilakukan oleh kaum muda aktivitas Islam di
kampus-kampus maupun di lingkungan masyarakat adalah
konsep taaruf (perkenalan yang islami).
Di sini, masing-masing individu mencari tahu orang
yang ia sukai lewat kerabat dekatnya atau orang yang
mengenal target person dengan baik (informasi dari
orang dekat sangat akurat, karena ia tahu betul dan
kenal baik dengan target person). Atau bisa juga lewat
bio data yang ditulis oleh si target person (bio data
menyangkut biografi kehidupan dan keadaan keluarga).
Cara ini lebih akurat dan efektif dalam memilih
pasangan hidup yang baik. Karena dalam waktu yang
singkat, kita bisa tahu banyak tentang calon pasangan
kita secara sportif, artinya kita tahu banyak sisi
kelebihan maupun kekurangannya, termasuk silsilah
keluarga si dia, lepas dari efek faking good (cuma
menampilkan sisi baiknya saja).
Kita juga terhindar dan tetap terjaga dari situasi
yang tidak aman (terhindar dari pelecehan seksual dari
lawan jenis yang bukan mahrom). Bila dari informasi
tersebut kita merasa cocok dan sreg, kita siap untuk
taaruf lebih lajut (tapi dengan syarat harus punya
nyali untuk siap nikah, bukan cuma sekedar penjajagan
saja tapi nikahnya entar... entar wah gak usah maju
deh kalau gak punya nyali gini).
Pas taaruf atau perkenalan, si pria dan wanitanya
harus didampingi dengan orang lain misalnya saudara si
wanita atau saudara si pria. Orang ketiga sebaiknya
orang yang bisa memfasilitasi dan bijak sehingga bisa
memberikan pandangan-pandangan yang Islami. Kenapa
harus ada orang ketiga, karena agar hubungan keduanya
bisa lebih terjaga.
Pada taaruf di sini setiap individu harus mengutarakan
kepribadian (kelebihan dan kekurangan) dan keadaan
keluarganya selengkap-lengkapnya dan apa adanya. Di
sini bisa diutarkan visi dan harapan-harapannya ke
depan, menyangkut karier dan pengembangan diri
masing-masing, konsep pendidikan anak, penyesuaian
diri terhadap tuntutan keluarga besar masing-masing
dsb.
Bila dari hasil perbincangan tersebut (termasuk
melihat keadaan calon pasangan secara langsung namun
tetap menjaga aurat dan norma-norma kesopanan) ada
kecocokan, hubungan dapat diproses lebih lanjut ke
keluarga masing-masing guna perkenalan dan persiapan
ke arah pernikahan.
Dengan demikian hubungan yang dibangun benar-benar
terjaga dan baik, asalkan diniatkan untuk ibadah.
Mudah-mudahan pandangan yang panjang lebar ini dapat
memberikan sedikit gambaran tentang langkah yang harus
anda ambil ke depan, dan semoga Allah senantiasa
menuntun kita ke jalan kebaikan.
Para Suami, Rezekimu Adalah Doa dan Harapan Keluarga
Lelaki itu pergi keluar rumah dengan dilepas anak istrinya.
"Hati–hati ya Bang," kata sang istri.
"Banyak do'a ..."
"Ati-ati ya Ayah... " sambung sang anak.
"Iya... do'akan ayah dapat rezeki ya"
"Assalaamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
eramuslim - Isteri. Siapapun suaminya ada sebuah harapan untuk dapat bergantung kepadanya. Semua juga mengetahui, tidak ada sumber bergantung selain Allah, namun Allah juga memberikan kita amanah anak dan isteri sebagai bentuk peranjangan tangan-Nya untuk memberi rezeki dari tangan para suami.
Segala do'a dipanjatkan para isteri di rumah-rumah mereka. Semua keprihatinan mampu ditelannya bahkan kadang dengan terus 'menjunjung tinggi' martabat suaminya.
Hari ini aku melihat pemandangan yang menggugat sisi keperempuananku lagi. Percakapan para perempuan di kampung.
"Laki-laki itu mbak, kalau pas ndak punya uang, pas seret, dagangannya ketipu, bilangnya ke kita... tapi kalau pas punya uang, kadang lebih suka nyari kesenangan sendiri. Atau malah kongkow sama teman-temannya"
Aku terus berminat mendengarnya. Jiwa penulisku terprovokasi.
"Panjenengan mungkin belum terasa, tapi banyak lho mbak di kampung kita ini, laki-lakinya seenaknya. Mereka kok sepertinya takut kalau kita- para istri- ini tau kalau mereka punya uang"
"Padahal apa ya yang kita tuntut? Kan sebenarnya sekadar kepantesan urip, wong kalau ndak punya uang kita ya ndak ndremis bahkan mikir gimana carane biar tetap bisa ngatasi persoalan rumah. Kadang malah utang-utang segala"
Aku berusaha empati dengan sesekali berkomentar pendek sambil manggut-manggut 'oh... gitu ya, bu? Mmm...'
"Lha coba, kita ini kan setiap hari berdo'a tho mbak buat suami-suami kita. Kesabaran kita dipress, biar ndak ngomong yang bikin sakit ati, lha kok kalau ada rezeki dhelik-dhelikan? Malah kadang kita kethiyelan, ikut usaha sana-sini. Gimana coba?"
Aku menghela nafas sambil sesekali mencoba menghibur diri. Lalu mereka melanjutkan,
"Makanya kadang aku judes juga. Tak minta aja uangnya, kadang tak ambil diem-diem. Kepekso mbak, akhirnya kan kita jadi ndak ngajeni tho? Kalau sudah gitu nanti katanya kita ini ndak ngerti keadaane suami"
Ah... aku seorang anak, aku sekarang pun seorang istri.
Mungkin percakapan itu tidak bisa hanya menyalahkan para perempuan yang tidak bersyukur, atau perempuan yang mungkin terpaksa 'mencuri' uang suaminya.
Lagi-lagi ada yang tidak seimbang di kehidupan mereka dan mungkin juga di kehidupan kita. Aku membayangkan wajah ayahku, ibuku, suamiku. Kini aku juga seorang istri, yang nafkahnya mengalir dari Allah melalui tangan suamiku.
Aku teringat sebuah hadits bahwa di dalam rezeki kita ada rezeki orang-orang dhuafa di sekitar kita. Bukankah anak dan isteri termasuk orang-orang lemah di sekitar para suami? Bukankah do'a dan harapan mereka atas kepulangan suami dan ayahnya begitu besar?
Benar bahwa rezeki di tangan Allah dan jika rezeki itu telah sampai ke tangan kita, bukankah itu pengingat bahwa berapa pun hasilnya, ada hak-hak yang harus kita tunaikan dengannya.
Bagaimana jika di setiap keping rezeki kita tidak ada do'a dan dan harapan orang-orang lemah? Bukankah keberkahannya akan berkurang?
Sekali lagi...
Isteri adalah manusia yang menyandarkan hidup pada kasih sayang suami, dan ia manusia biasa yang bisa sedikit-demi sedikit terpupus kepercayaannya. Hak dan kewajibannya semestinya dipenuhi para suami dengan imbang. Sungguh, ini bukan hanya masalah memberi uang belanja, bukan melarang para suami memberi untuk orang lain dan menunaikan kebaikan-kebaikan lain dengan hartanya. Sungguh, ini bukan masalah uang. Ketidakseimbangan bisa berwujud perhatian lain meski sekadar bertanya tentang betapa letihnya seorang isteri, misalnya.
Pelajaran lain dari rumpian ibu-ibu tadi adalah betapa kepercayaan menjadi begitu berarti. Jika kepercayaan dan rasa baik sangka telah tercabut dari seorang istri atau suami. Maka, ya seperti kita baca tadi. Seorang suami merasa 'enggan' memberikan hak isterinya, bahkan sampai tingkat yang keterlaluan merasa 'bosan' harus memberikan hak kesehatan, kebutuhan rumah tangga, bahkan mungkin secara tidak sadar berpikiran, ah... paling nanti dia juga bisa mengatasi sendiri masalahnya. Seorang isteri merasa suaminya begitu pelit dan satu-satunya jalan mendapatkan 'nafkah' adalah dengan mengambil diam-diam.
Maka benarlah bahwa adil mendekati takwa. Maka benarlah bahwa sebaik-baik kita adalah yang paling baik pada keluarganya. Sebab isteri dan anak-anak kita belajar dari apa yang kita lakukan. Menyedihkan jika dalam sebuah rumahtangga berlaku aturan: kalau hak saya nggak diberi maka saya akan merampasnya! Maka wahai para suami, sesungguhnya dalam rezekimu ada do'a dan harapan istri dan anak-anakmu.
Rabiah Al-Adawiyahr_aladawiyah@yahoo.com
Monday, 6 December 2004
Ketulusan dalam Kesederhanaan
eramulim - Perempuan tua itu tampak bermenung, menunggui kios bensinnya yang sepi ketika seorang pemuda keren dan trendi menghampiri sambil menuntun motornya. Setelah bercakap-cakap sejenak, si ibu mengambil jerigen bensinnya dan mengisi tangki motor pemuda itu. Gratis! Tanpa bayar.
Seorang sopir delman memarkir delmannya di pinggir jalan dan melompat turun. Dengan sigap dia memanjat pohon tempat dua biji balon tersangkut dan mengambilnya. Seorang nenek dan cucunya yang tidak ia kenal samasekali, menungguinya di bawah.
***
Anda seperti pernah melihat fragmen di atas? Mungkin saja. Karena cerita tersebut saya ambil dari tayangan sebuah reality show di salah satu stasiun televisi. Saat menonton fragmen yang pertama, saya dan teman nonton saya pun berandai-andai, apa kira-kira yang akan kami lakukan jika kami ada dalam posisi si perempuan tua. Mungkin kami akan memandangi si pemuda keren dari atas sampai bawah, kemudian bertanya, "Kok bisa cowok sekeren ini tidak punya uang?" Jika dia menjawab lupa, kami mungkin akan kembali beralasan, "Kalo lupa tidak bawa uang, cari akal dong supaya bisa tetep beli bensin. Jual sepatu kek atau apa!"
Setelah itu kami berdua tertawa getir, mentertawakan diri sendiri. Kami memproklamirkan diri sebagai muslimah kaffah, yang 'semestinya' lebih baik dari orang kebanyakan. Namun ternyata 'kelebihan' yang kami miliki tidak membuat kami lebih tulus. Paradigma dan ilmu yang ada membuat kami melakukan penyaringan, bukan hanya terhadap keburukan, tetapi juga ketika hendak melakukan kebaikan. Melihat dulu alasannya, untuk apa dan mengapa kami harus dan tidak harus melakukan sesuatu, bahkan ketika sesuatu itu adalah menolong orang lain yang tampak sedang dalam kesulitan.
Kemudian kami membandingkan sikap kami dengan mereka yang dalam tayangan itu menolak permintaan tolong itu karena berbagai alasan. Seorang gadis menolak mengantar ibu tua ke seberang jalan karena dia sedang tergesa-gesa dan tidak searah dengan si ibu. Seorang pemuda menolak meniupkan balon bagi sesosok bocah kecil karena ia mengatakan sedang puasa, takut tidak kuat. Banyak laki-laki bersedia menolong seorang wanita muda cantik mengangkatkan barangnya, (coba saya tebak alasannya: karena perempuan itu cantik!) sementara seorang wanita paro baya harus berkali-kali menerima penolakan atas permintaan tolongnya, karena dia tidak memiliki 'nilai tambah' bagi penolongnya. Meski mungkin alasannya berbeda secara moral, namun pada kenyataannya kami juga mungkin akan melakukan seleksi dan berpikir-pikir ketika hendak memberikan pertolongan.
Lantas? Tak selalu salah mengambil keputusan berbuat baik pada orang lain pada alasan tertentu, namun fragmen-fragmen itu memberi banyak pelajaran bahwa menolong orang lain kadang tidak perlu bertanya mengapa mesti menolong. Pekerjaan menolong itu kadang perlu dilakukan 'hanya' karena ada yang sedang membutuhkan pertolongan sementara kita ingin dan bisa menolong. Betapapun sederhana cara berpikir dan keseluruhan hidup orang-orang 'biasa' itu, mereka memiliki ketulusan yang luar biasa.
***
Seorang laki-laki dengan kaki cacat dan mata buta sebelah, mengayuh gerobak khususnya dengan tangan, berkeliling menjual minyak tanah. Ketika seorang nenek dengan kompor di tangan minta minyak yang menjadi sandaran hidupnya itu untuk memasak, ia tanpa banyak kata memberi dengan senyum terukir di wajahnya. Bahkan ketika si nenek juga minta tolong ia membenahi sumbu kompor dan menutupkan kembali, ia pun mengerjakannya tanpa tampak keberatan sedikit pun.
Seorang nenek penjual duren di pinggir jalan dengan dagangan duren yang hanya beberapa buah. Seorang bapak dengan pakaian guru menawar hendak membeli durennya dan mengaku hanya punya uang lima ribu sedang harga duren itu puluhan ribu. Dengan ringan dia melepas benda jualannya itu, bahkan memberikan yang terbaik kepada si bapak. Padahal duren itu adalah satu-satunya sarana ia mengais rejeki dengan modal cukup besar dan untung tak seberapa.
Seorang kakek tua dengan senang hati mengantar perempuan hamil tua ke rumah sakit tanpa bayar, padahal jalanan menanjak dan jarak yang ditempuh cukup jauh.
Seorang...
Dan fragmen-fragmen lain pun tertayang, memberikan pelajaran berharga bagi siapa pun yang berkehendak mengambilnya.
Azimah Rahayu(@azi, sepenuh takzim untuk para manusia perkasa itu)
Dari Dunya ke Maula
Oleh :
Maulana Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani
Apakah Tanggung Jawab Kita yang Pertama ?
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mukmin?
Ini adalah pertanyaan yang penting. Setiap orang
harus mengetahui jawabannya agar bisa mencapai
tujuannya. Pertama setiap orang yang beriman harus
memperhatikan ibadahnya. Tanggung jawab kita yang
pertama adalah memenuhi hak-hak Allah swt.
Lingkungan di sekitar kalian bisa saja berubah, bisa
mudah atau sulit, tergantung rancangan Allah swt,
tetapi penghambaan tetap harus didahulukan, baik dalam
keadaan damai atau perang, di musim panas atau dingin,
baik oleh yang kaya atau miskin, tua atau muda,
bangsawan atau budak.
Ini adalah yang paling penting, karena kita telah
berjanji kepada Allah swt untuk melakukan penghambaan
kepada Allah swt pada Hari Perjanjian.
Dan Allah swt berjanji, “Jika hamba-Ku memperhitungkan
Aku dalam kondisi yang mudah, Aku akan memeliharanya
dalam situasi yang sulit, jika dia mempertimbangkan
Aku dalam situasi damai, Aku akan memeliharanya dalam
perang. Selama dia mempertimbangkan Aku dalam segala
kondisi, Aku akan menjaganya dalam segala kondisi yang
sulit dan tidak disukai.”
Sekarang kita berada pada masa di mana orang-orang
merasa resah atas apa yang terjadi. Mereka melihat
masa depan yang suram. Lihatlah oleh kalian hari-hari
yang akan datang akan sangat mengerikan. Saraf kalian
akan menegang, ummat manusia akan menuju kegelapan,
penuh dengan ketakukan dan hidup mereka akan dipenuhi
dengan keputusasaan. Jika kondisi tersebut
berlangsung selama 40 hari saja, maka akan banyak
orang yang menjadi gila. Mustahil bagi psikiater
untuk bisa mengobati mereka semua.
Itu adalah hukuman dari Allah, sebab mereka tidak
pernah mempertimbangkan hal yang paling penting bagi
kehidupan mereka, mereka tidak pernah berpikir untuk
memenuhi hak-hak Allah, sebaliknya mereka hanya
mengejar keinginan dunia dan ego pribadi yang tiada
berakhir. Kita harus berusaha untuk memenuhi hak-hak
Allah swt yang ada pada diri kita, barulah tidak ada
yang patut ditakuti dimasa depan. Masa depan kalian
akan penuh harapan.
Cobalah untuk mengatur kehidupan kalian sedemikian
rupa sehingga ibadah akan menjadi mudah bagimu.
Cobalah untuk mendidik tubuhmu untuk melakukan
penghambaan dan lakukan dengan praktis, sampai kalian
mencapai tahap di mana tubuh tidak pernah beristirahat
untuk beribadah, tidak pernah puas tanpa ibadah.
Setelah itu barulah kalian memohon kedamaian,
kebahagiaan dan kepuasan melalui ibadah tersebut.
Program ini harus dianggap penting dan diprioritaskan
agar kalian senantiasa beribadah setiap saat dan di
mana saja. Cobalah untuk diterapkan oleh dirimu,
dalam keluargamu, tetangga dan di seluruh dunia,
buatlah mereka agar bisa menerima dan mengerti apa
yang harus dilakukan dalam Kehadirat Ilahi.
Cobalah untuk melatih anak-anak kalian agar mengenali
Perintah Ilahi. Ini adalah latihan terbaik bagi
seluruh bangsa, sehingga nantinya Allah swt akan
melindungi kalian dan memberi harapan, kedamaian, dan
kepuasan dalam hatimu. Tak ada satu pun yang dapat
mengambil apa yang Dia berikan.
Seperti Nabi Ibrahim as yang menemukan kedamaian dalam
api Namrud yang membakarnya, karena hatinya terhubung
dengan Allah swt. Itu adalah jaminan dari Allah
kepada hamba-Nya yang mempertimbangkan-Nya dalam
suasana yang mudah. Maka Dia akan memelihara hamba-Nya
ketika ditimpa kesulitan.
Suatu saat bisa saja perang yang besar terjadi disini.
Tidak mudah untuk mengalami peristiwa dimana jutaan
orang akan meninggal. Jika kalian ingin dilindungi,
mintalah kepada Tuhanmu. Dia berjanji untuk
melindungi dan menolongmu. Dia akan memberimu apa
yang kalian butuhkan dan akan memberkatimu.
Setiap orang harus mencoba yang terbaik dan membuat
hubungan yang terbaik terhadap Allah melalui ibadah.
Selama kalian memberi, kalian akan mendapat balasan
yang lebih banyak.
Perbuatan Kalian Melambangkan Kepribadian kalian yang
Sebenarnya. Kita memohon ampun atas segala yang telah
diperintahkan dan dilarang oleh Allah. Sangat penting
bagi seorang hamba untuk melaksanakan perintah Allah
dan meninggalkan larangan-Nya serta menjaga apa harus
dijaga.
Tak seorang pun yang bisa memberi penilaian terhadap
Allah, tak ada yang dapat memaksa-Nya untuk melakukan
atau menghentikan sesuatu. Allah Maha Besar dan Dia
berurusan dengan hamba-Nya menurut cara yang
dikehendaki-Nya.
Dia juga Maha Adil, sebab Dia mengetahui apa yang ada
dalam hati kita sebagaimana Dia mengetahui bagian luar
kita. Mungkin kalian tidak akan pernah mengetahui
sifat-sifat dalam dirimu yang sebenarnya. Setiap
perbuatan terkecil akan mendapat balasan melalui
Keadilan Ilahi. Kalian bisa berkata ini omong kosong
atau tidak penting bagimu, tetapi segala perbuatan
akan dinilai dengan Keadilan Ilahi, dan akan muncul
dalam kepribadian kalian.
Semua yang termasuk kepunyaan Allah mempunyai
kesempurnaan. Seorang hamba harus berusaha untuk
mencapai hamba yang sejati. Adalah dosa besar bila
seorang hamba tidak berusaha untuk menjadi hamba yang
baik dan sempurna. Kalian harus berusaha untuk
mencapai tingkat penghambaan yang benar dalam
Kehadirat Ilahi.
Seorang hamba yang sejati harus memperhatikan
tindakannya dan menyadari bahwa segala tindakannya
terlihat dan dinilai oleh Allah. Oleh karena itu
perbuatan yang baik akan memberikan perasaan yang
sejuk dalam diri kalian. Walaupun kalian hidup di
dunia ini dengan penuh kesulitan dan tinggal di
lingkungan yang keras, tetapi kondisi yang buruk itu
tidak akan mempengaruhi kalian.
Kepribadianmu akan dilindungi oleh Naungan Ilahi. Hal
itu dapat dianalogikan seperti seseorang dalam kapal
selam yang di kirim ke dasar laut, dia dapat melihat
samudera dan kedzlamannya, segala yang ada di
sekitarnya hiu yang ganas dan marabahaya tidak ada
yang dapat mempengaruhinya.
Perbuatan yang baik dan berhubungan dengan Allah dan
hamba-Nya memberi perasaan yang baik kepadamu, kalian
akan merasa seperti di Surga. Penilaian Allah
berdasarkan pada apakah perbuatan kalian sesuai dengan
perintah-Nya atau tidak. Kalian harus percaya kepada
Keadilan-Nya. Itu merupakan sumbu kehidupan kita.
Selama kalian mengikuti ego, meninggalkan perintah-Nya
dan melakukan hal-hal yang dilarang, sesuatu yang
tidak diharapkan akan menimpa kalian.
Hari demi hari kepribadian kita mulai tampak jelas.
Kepribadian kalian yang sebenarnya akan kalian temukan
pada Hari Kebangkitan, dalam Kehadirat Ilahi. Allah
berfirman, “Wahai hamba-Ku, lihatlah inilah dirimu.
Beginilah kalian berhubungan dengan-Ku dan dengan
ciptaan-Ku.” Dia akan menunjukkan dirimu dan kalian
akan mengenalinya. Perbuatan melambangkan
kepribadianmu yang sebenarnya dan hari demi hari
kepribadian kita akan terlihat semakin jelas.
Wa min Allah at Taufiq
Friday, 3 December 2004
Menjadi Pribadi yang Ikhlas
eramuslim - Hati yang bersih akan melahirkan keikhlasan. Satu upaya batin yang hanya dengannya Allah akan menerima sebuah amalan. Hati yang bersihlah yang akan melahirkan pribadi-pribadi yang ikhlas. Pribadi yang hanya mengharapkan ridha Allah sebagai imbalan atas ibadahnya.
Namun setiap sesuatu yang bersih bisa jadi ternoda, begitu pun juga hati manusia. Kebersihan atau keikhlasan hati manusia sangat rentan dari noda-noda, yang karenanya akan mengganggu keikhlasan dalam pengabdian kepada Allah SWT.
Puasa yang oleh Allah dikatagorikan sebagai peringkat ketiga obat penyakit hati setelah sholat dan zakat, adalah obat yang ampuh dalam memerangi kotoran-kotoran hati. Ibarat kolam, puasa merupakan tempat untuk membersihkan diri dari daki-daki yang melekat dalam hati manusia, yang akan mengganggu kebersihan hati tadi.
Kalau sebuah amalan ternodai keikhlasannya, maka amalan tersebut tidak diterima. Demikian pendapat ulama yang mengatakan bahwa syarat diterimanya sebuah amal ibadah adalah bila amal itu dilakukan dengan ikhlas mengharap ridha Allah semata, dan yang kedua adalah amalan itu dilakukan berdasarkan syariat yang telah ditentukan Allah atau pun sunnah dari Rasulullah Muhammad SAW.
Karena pada dasarnya keduanya merupakan hal yang saling berkaitan erat. Ikhlas merupakan amalan batin ,sementara syariat atau sunnah Rasulullah adalah amalan zahir.
Sebagaimana sabda Rasulullah:
Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang dikerjakan dengan ikhlas karena Dia semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari keridhaan-Nya (HR. Ibnu Majah).
Dari hadits Rasulullah diatas, memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa ikhlas merupakan faktor penentu dalam setiap amalan. Agar segala perbuatan yang dilakukan diterima oleh Allah. Ketika kita berniat untuk melakukan sebuah pekerjan, atau sebuah amalan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT misalnya, dan ternyata ketika melakukannya ada motivasi lain yang membangkitkannya, maka apa yang kita lakukan sebenarnya tidak lagi dalam konteks ikhlas.
Misalnya saja ketika melakukan puasa. Yang terlintas di pikiran kita adalah dengan puasa itu kita berharap akan mendapatkan perlindungan dan kekuatan bukan untuk bertaqqarub kepada Allah, maka puasa itu bisa jadi telah tercampur dengan unsur syirik.
Begitupun ketika melakukan sholat ,dan kemudian ternyata apa yang kita lakukan sesungguhnya karena keinginan mendapatkan pujian dari orang-orang yang melihat sholat kita, atau keinginan untuk dikatakan sebagai orang yang paling khusuk, maka ibadah kita telah tercemar dengan kotoran-kotaran hati yang sangat berbahaya,
Allah befirman:
" ... Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud untuk riya' dengan sholat di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (Qs.An Nisaa':142)
Kecuali bila ketika kita melakukan ibadah puasa untuk bertaqarrub kepada Allah. Dan ternyata dengan puasa itu didapatkan perlindungan atau kekuatan, atau kesehatan yang semakin prima, bahkan kemudian dengan kesehatan yang prima itu kemudian bisa menambah kualitas dan kuantitas ibadah yang lain, maka insya Allah pahala yang didapat akan menjadi semakin berlipat.
Begitu mudahnya keikhlasan mengalami kontaminasi dengan penyakit yang lain, maka betul-betul dibutuhkan tajarrud (kesungguhan) dari pribadi-pribadi muslim untuk senantiasa mengevaluasi amalan-amalan yang akan, sedang dan telah dilakukannya, agar ujub atau riya' atau penyakit hati yang lainnya tidak merusak nilai-nilai amalan kita di hadapan Allah.
Ibnu Sa'ad menyebutkan dalam kitab Thabaqaat dari Umar Ibn Abdul Azis, bahwa bila beliau berkutbah di atas mimbar dan kemudian tiba-tiba terlintas dalam pikirannya keinginan untuk mendapat pujian dari orang lain atas kepandaiannya berbicara, maka beliau segera menghentikan pidatonya. Begitupun ketika beliau sedang menulis kitab dan takut akan rasa ujub terhadap dirinya sendiri, maka beliau segera merobeknya dan berkata, "Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejelekkan diriku sendiri."
Demikian berhati-hatinya ulama semacam Ibnu Sa'ad menjaga keikhlasan hatinya, pantas menjadi tauladan bagi setiap muslim yang berkeinginan menjadi seorang mukhlisin.Beliau menyadari betul bahwa penyakit hati smeacam riya' dan ujub akan mengotori keihlasan dalam beramal.Sehingga ketika perasaan itu muncul dengan serta merta beliau menghentikannya.
Rasulullah memberikan tauladan kepada kita berlindung kepada Allah atas penyakit hati itu dengan doa sebagai berikut:
"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari mensekutukan-Mu, sesuatu yang kami tidak mengetahuinya dan kami memohon ampunan kepada-Mu dari sesuatu yang kami tidak mengetahuinya."
Do'a ini juga merupakan sebuah upaya agar Allah SWT senantiasa meluruskan niatan kita, dan menjauhkan dari penyakit-penyakit hati yang berupa riya' yang juga dikenal sebagai syirik kecil, juga penyakit hati yang lain semacam ujub, yakni bangga terhadap diri sendiri.
Sabda Rasulullah:
Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik yang kecil. Sahabat bertanya: "apakah syirik yang kecil itu ya Rasulullah?". Rasulullah menjawab: "Riya" (HR. Ahmad).
Jangan sampai kita lengah terhadap adanya penyakit-penyakit hati yang senantiasa berlindung di dalam hati kita, karena adanya penyakit itu bisa menjadikan Allah tidak menerima amalan-amalan yang telah kita lakukan.
Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),seperti orang yang menafkahkan hartanya kepada manusia dan dia tidak berimana kepada Allah dan hari kemudian..." (Qs.2:264)
Insya Allah dengan menyadari betapa keikhlasan dalam beramal sangat mempengaruhi diterima tidaknya amalan ibadah kepada Allah. Dan sebaliknya, dengan adanya penyakit hati yang mengiringi setiap amalan akan merusak dan menghilangkan amalan itu sendiri di hadapan Allah, maka akan memberi motivasi kepada kita semuanya, untuk senantiasa berupaya menjadikan diri kita sebagai pribadi-pribadi yang mukhlish. Allahu a'lam bishowab.
Ummu Itqan
Halifax, Canada
Tujuan Akhir Kita adalah Kehadirat Ilahi
dalam on the Bridge to Eternity
Bismillahir rahmaanir rahiim… Ini adalah asosiasi
terbaru bersama Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz
ad-Daghestani , walaupun terlambat…
Kami harus mencoba untuk menterjemahkan sesuatu bagi
kalian. Hal ini perlu bagi kalian seperti layaknya
makanan. Kalian membutuhkan makanan untuk kesehatan
tubuh. Kalian harus memasak dan memakan apa yang
Allah ciptakan untuk fisikmu. Tetapi untuk jiwamu
kalian membutuhkan spiritualitas, makanan spiritual.
Sekarang semua agama kecuali Islam, tidak pernah
memberi sesuatu kepada pemeluknya, mereka sudah habis.
Botol yang berada di sini, jika terisi penuh maka
kalian bisa memperoleh sesuatu darinya, tetapi kalau
sudah kosong, apa yang bisa kalian berikan?
Kristen telah berakhir bertahun-tahun yang lalu,
tetapi mereka berusaha untuk melakukan sesuatu agar
tetap menarik. Mereka menggunakan hal-hal yang berbau
omong kosong, tidak berguna, bahkan bodoh kepada
generasi mudanya, yaitu dengan memanfaatkan apa yang
dibutuhkan oleh jasmani kita berupa makanan dan
minuman dan berusaha untuk memenuhi keinginan ego yang
lain. Ego hanya tertarik untuk meraih targetnya
sendiri…
Dewasa ini orang hanya mengejar keinginan jasmaninya
saja. Mungkin kalian akan menemukan satu di antara
sepuluh ribu, atau lima puluh ribu, atau seratus ribu
orang yang mempunyai ketertarikan terhadap
spiritualitas. Dan spiritualitas yang paling tinggi,
yang kualitasnya tidak pernah berkurang hanya dapat
ditemukan dalam Islam. Apa yang telah Allah berikan
kepada Nabi Musa as dan Nabi ‘Isa as adalah sesuatu
yang diberikan untuk tempat dan waktu yang terbatas
kepada para pengikutnya.
Sejak awal, Kristen berusaha untuk memberi apa yang
dibutuhkan orang untuk kehidupan spiritualnya, tetapi
hari demi hari spiritualitas itu semakin berkurang
karena Rasulullah saw yang akan menyempurnakannya.
Beliau memberikan target yang sempurna kepada semua
orang. Islam datang dengan tujuan itu. Oleh sebab
itu Nabi ‘Isa as berkata, “Aku adalah hamba Tuhanmu,
itu saja, dan itulah kemuliaanku.”
Dapatkah seekor semut mengerti siapakah manusia itu?
Tidak pernah. Walaupun dia hidup selama sejuta tahun.
Semakin banyak manusia meminta hikmah dari
Pengetahuan Ilahi, apa yang dapat diambilnya dari sana
akan selalu sedikit. Karena sesuatu yang terbatas,
walaupun tampak besar di mata kita, tetap tidak ada
artinya dalam Samudra Pengetahuan Ilahi Yang Mahaluas…
tetapi orang-orang sangat gila, bagaikan idiot mereka
minta untuk mengetahui siapa Allah atau bagaimana
Allah dan di mana Allah berada…
Di mana Italia? Di mana Jerman? Di mana Amerika? Di
mana Malaysia? Tunjukkan kepada Saya! dan kalian
berkata, “Aku tidak bisa menunjukkannya kepadamu dari
sini sekarang, tetapi ikutlah bersamaku dalam pesawat,
kemudian kita akan terbang dan Aku akan tunjukkan di
mana kampung halamanku.” Oh keledai, jika kalian
hanya ditanya soal Malaysia tetapi perlu untuk naik
pesawat selama 15 jam ke sana, dan setelah itu kalian
tetap tidak tahu… mengapa, atau bagaimana mungkin
kalian berkata, “Tunjukkan Allah kepadaku!”
Dan Saya berkata, “Tunjukkan Saya segala yang berada
di balik langit ini. Tunjukkan kepada Saya di mana
awal ruang angkasa, batas-batasnya, dan di mana
akhirnya… baru akan Saya tunjukkan sesuatu di luar
itu. Kalian membutuhkan 13, 14, atau 15 jam untuk
pergi ke Malaysia… Berapa banyak tahun atau negri atau
jutaan tahun yang kalian perlukan untuk menemukan
titik akhir dari ruang angkasa?
Kemudian Saya akan tunjukkan kepada kalian di mana
Allah berada, Alam Jabarut… Alam Malakut, Alam
Jabarut, Alam Lahut… barulah Saya beberkan semua.
Tetapi orang-orang awam bertanya, “Di mana Allah ?”
Dia-lah yang menciptakan kata ‘di mana’, bagaimana
mungkin kalian bertanya ‘di mana’ kepada-Nya? Dia
yang menciptakan waktu, bagaimana mungkin kalian
bertanya, “Berapa usia-Nya?”
Dan Saya bertanya, “Berapa usia galaksi kita?” Banyak
sekali galaksi yang beredar… Saya berkata, “Naiklah ke
salah satu galaksi itu, sebab mereka semua menuju ke
Kehadirat Ilahi. Ambillah salah satu dari mereka,
mereka semua bergerak dengan arah yang sama. Tak satu
pun yang gerakannya berlawanan dengan yang lain.
Tidak ada kecelakaan dalam lalu lintas surgawi!
Ambillah salah satu, kalian akan mencapai Kehadirat
Ilahi dengannya. Lalu apa bayaranmu? Kalian harus
membayar tiket untuk mengendarai salah satu galaksi.
Kalian harus memberikan tubuhmu sebagai bayarannya,
dengan demikian kalian dapat mengendarai semua
galaksi. Berikan tubuhmu kepada mereka, maka semua
galaksi akan membawamu dengan bebas… mereka
menghormatimu dan membawamu kepada Kehadirat Ilahi.
Di mana Kehadirat Ilahi? Hanya Allah , pemilik
galaksi yang bisa berkata, “Ini adalah stasiun
terakhir bagi galaksi ini. Sekarang dia telah sampai
pada tujuannya. Aku di sini!”
Kabar gembira bagi mereka yang dapat membayar biaya
tiket. Semua galaksi bisa menerimamu dan kalian bisa
melanjutkan perjalanan dengannya. Kemudian Allah swt
berkata, “Berhenti, ini adalah tujuan akhirmu. Aku di
sini. Datanglah kepada-Ku…” Allahu akbar… Dia
menghilangkan Hijab-ul-‘Azamat, Hijab atau Sekat
Kebesaran. Kebesaran Tertinggi adalah untuk Allah .
Sekat ini terbuka dan Allah berkata, “Aku di sini…” Di
mana-mana… Allah Yang Maha Tinggi, Mahabesar… Allah ,
Yang Maha Mengetahui, Maha Perkasa… Segalanya sempurna
bagi-Nya…
Kalian harus mengerti, bahwa semua itu berawal dari
tak hingga sampai tak hingga… dan ketika malaikat
bertanya kepadamu, “Di mana kalian ingin mencapainya?”
Kalian harus menjawab, “Aku bergerak ke tempat tak
hingga (abadi).” “Kalau begitu, datanglah. Siapa yang
meminta keabadian, boleh datang.” Yang meminta hal
lain akan diusir oleh pengumpul tiket, “Pergi. Tempat
ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang meminta
keabadian, pergilah kalian dari sini wahai para
pecinta dunia .”
Wa min Allah at taufiq
YANG HILANG DARI WANITA
Apa jadinya seorang wanita lebih memilih karir diatas keluarganya. Tentu saja akan ada seorang suami yang “kehilangan” isteri dan anak-anak yang kehilangan seorang ibu. Sebuah keluarga akan goyah, karena ditinggal salah satu tiang layarnya. Lalu bagaimana jika tidak hanya seorang, melainkan ratusan, ribuan bahkan jutaan wanita? Ya, sebanyak itulah juga keluarga yang akan hancur.
Arus feminisme memang sedang bertiup kencang di Indonesia. Ketika seorang wanita digagalkan untuk duduk sebagai presiden, maka kaum feminis berteriak tentang kesejajaran gender. Dan ketika wanita sudah jadi pemimpin, teriakan merekapun akan semakin keras. Kesamaan hak perempuan dan laki-laki, perempuan adalah sama dengan laki-laki semakin lantang diucapkan. Bahkan telah berani menentang sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah jelas-jelas beliau lakukan yakni poligami, ini bisa kita lihat dalam mu’tamar NU ke-31 di Boyolali Solo beberapa waktu yang lalu karena kaum wanita NU dari kubu Abdurahman wahid yang dipelopori oleh istrinya yakni Ibu Sinta Nuriah, melakukan aksi boikot terhadap masakan yang telah dipesan oleh panitia bagian konsumsi mu’tamar tersebut terhadap masakan ayam “WONG SOLO” karena pemiliknya adalah orang yang melakukan poligami, dan poligami sangat melecehkan kaum wanita, katanya.
Mereka lupa, bahwa Allah telah menciptakan hambanya bersama dengan fitrahnya. Masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ketika fitrah itu dilanggar, maka akan terjadi ketidakseimbangan.
Seorang ayah yang berkerja di luar rumah adalah kewajibannya untuk mencari nafkah menghidupi keluarganya. Sedangkan seorang ibu yang berkerja di rumah adalah kewajibannya mengatur keluarga dan mendidik anak. Mengatur rumah, memasak dan mendidik anak di rumah bukanlah suatu yang hina bagi wanita. Namun justru ibadah yang paling mulia di sisi Allah.
Penganut feminisme ingin menghilangkan perbedaan fitrah laki-laki dan perempuan, semata-mata hanya merasa bahwa menjadi seperti laki-laki adalah sesuatu yang hebat. Maka mereka menganjurkan wanita untuk meninggalkan dapur dan berkerja di luar rumah bersaing merebut karir dengan laki-laki. Itulah kemenangan yang mereka inginkan.
Blog Archive
-
▼
2004
(10)
-
▼
December
(10)
- Apakah Anda Ingin Menjadi Istri yang Selalu Dicint...
- 99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman
- Atas Nama Cinta?
- Saat (Non) Ikhwan Harapkan Akhwat
- Para Suami, Rezekimu Adalah Doa dan Harapan Keluarga
- Ketulusan dalam Kesederhanaan
- Dari Dunya ke Maula
- Menjadi Pribadi yang Ikhlas
- Tujuan Akhir Kita adalah Kehadirat Ilahi
- YANG HILANG DARI WANITA
-
▼
December
(10)